MAR’ATUSH SHOOLIHAH
PEREMPUAN DAMBAAN SUAMI
Seorang ibu hendaknya bercita-cita dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi seorang perempuan yang “Mar’atush shoolihah”, karena dengan sebab itulah seorang ibu akan bahagia hidup didunia dan akhirat, dan dengan sebab itu pula akan menjadi baiknya diri dan orang lain
Sabda Rasulullah saw
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ مَا اسْتَفَادَ الْمُؤْمِنُ بَعْدَ تَقْوَى الله ِ خَيْرًا لَهُ مِنْ زَوْجَةٍ صَالِحَةٍ إِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ وَإِنْ أَقْسَمَ عَلَيْهَا أَبَرَّتْهُ وَإِنْ غَابَ عَنْهَا نَصَحَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِه
Dari Abi Umamah dari Nabi r bahwasannya adalah beliau bersabda : Tidak ada yang lebih bermanfaat dan yang lebih baik bagi seorang mukmin sesudah taqwa kepada Allah dari pada seorang isteri yang shoolihah, jika suami memerintahnya, dia mentho’atinya, dan jika suami melihat kepadanya menyenangkan nya, dan jika suami bersumpah atasnya dia menjalaninya dengan baik dan jika suami pergi darinya dia menjaga dirinya dan hartanya (H.R. Imam Ibnu Majah K.Nikah hadits no.1847, dan An-Nasai)
عَنْ عَبْدِ الله ِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُوْلَ الله ِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَلَيْسَ مِنْ مَتَاعِ الدُّنْيَا شَيْءٌ أَفْضَلَ مِنَ الْمَرْأَةِ الصَّالِحَةِ
Dari Abdullah bin ‘Amr bahwasannya Nabi r bersabda Sesungguhnya tiada lain dunia itu kesenangan dan tidak ada kesenangan dunia itu sesuatu yang lebih baik dari Mar’atus Shoolihah (H.R. Imam Ahmad, Muslim, Nasai dan Ibnu Majah K.Nikah hadits no.1845)
Seorang perempuan dikatan sebagai isteri yang mart’atus shoolihah jika mereka mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- jika suami memerintahnya, dia mentho’atinya,
- jika suami melihat kepadanya menyenangkannya,
- jika suami bersumpah atasnya dia menjalaninya dengan baik
- jika suami pergi darinya dia menjaga diri dan hartanya
Mari kita perhatikan hadits diatas yang menggambarkan seorang perempuan yang mar’atush shoolihah dan kita bandingkan dengan keadaan keluarga kita masing-masing baik kita seorang suami atau seorang isteri
Mar’atush shoolihah adalah merupakan bekal hidup seorang mukmin yang lebih baik dibanding dengan harta kekayaan apapun karena Mar’atush Shoolihah akan selalu menolong suaminya pada perkara-perkara akhirat.
Mar’atush shoolihah akan menjadikan keluarga sakinah, mawaddah warrahmah, tentram damai sepanjang masa karena :
- Mar’atus shoolihah selalu tunduk dan patuh atas semua perintah suami apapun ujudnya termasuk perkara-perkara yang memberatkan, meringankan, menyusahkan, atau menyenangkan tidak menjadikan hambatan/ganjalan buat Mar’atus shoolihah untuk melakukannya, karena Mar’atus shoolihah meyakini bahwa segala perintah suami selagi tidak ma’siyat kepada Allah dan Rasul-Nya wajib buat dirinya melakukannya
- Mar’atus shoolihah selalu menyenangkan setiap kali dilihat oleh suaminya baik dalam kondisi senang atau susah, sakit atau sehat, terpaksa atau longgar tetap saja menyenangkan, selalu menampakkan wajah yang berseri-seri dihadapan suami, karena perempuan shoolihah menyakini bahwa mencari ridlo suami adalah merupakan jalan kebahagiaan dirinya dihari akhir. Mar’atus shoolihah menyakini bahwa perbuatan baik sekecil apapun tetap dianggap kebaikan dan akan dibalas kebaikan oleh Allah swt., dengan sebab keyakinan itulah Mar’atus shoolihah tidak keberatan membuat senangnya suami disetiap saat
- Mar’atus shoolihah selalu menjaga diri, anak-anak dan harta suaminya tatkala ditinggal pergi, Mar’atus shoolihah tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kecuali berbuat kebaikan untuk akhirat. Untuk itu tidak ada modelnya Mar’atus shoolihah tatkala ditinggal pergi suaminya menggunakan kesempatan berbuat maksiyat dan menghambur-hamburkan harta suami dengan berbagai macam alasan, karena Mar’atus shoolihah menyadari bahwa setiap perbuatan maksiyat dan penyimpangan akan kembali pada dirinya sendiri, dengan keyakinan tersebut Mar’atus shoolihah tidak akan terbesit dalam hatinya sedikitpun untuk berbuat makasiyat kepada suami tatkala ditinggal pergi
Dari gambaran yang demikian itu hendaknya seorang isteri menyadari sudahkah saya menjadi seorang isteri yang mar’atus shoolihah? Jawabnya : Sudah adakah ciri-ciri mar’atush shoolihah sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah saw atau belum, jika belum hendaknya di usahakan sekuat tenaga agar menjadi seorang isteri yang Mar’atus shoolihah. Begitu pula seorang suami sudahkah memiliki seorang isteri yang Mar’atus shoolihah?, kalau belum kewajiban seorang suami untuk mendidik dan memberikan pengarahan kepada isterinya agar menjadi Mar’atus shoolihah.
Dilihat dari sisi lain hadits diatas menunjukkan kepada kita betapa adilnya Allah swt. kepada hamba-Nya kaum hawa, kita semua menyadari bahwa perempuan adalah termasuk makhluk yang lemah, baik dari segi fisik maupun akal fikirannnya dibanding dengan kaum laki-laki pada umumnya. Akan tetapi karena besarnya belas kasih Allah kepada hamba-Nya kaum hawa, Allah swt. berkenan memberikan jalan keluar bagi mereka untuk menghadapi berbagai macam type kaum laki-laki yang mendampinginya
Banyak kita saksikan diberbagai lapisan masyarakat, sejak zaman dahulu hingga sekarang dan tidak bisa dipungkiri keberadaan mereka. Banyak kita temukan perempuan perempuan yang lemah tidak berdaya mendampingi seorang laki-laki yang mempunyai berbagai macam karekter, dan kebiasaan, diantaranya : seorang suami yang kasar, bengis, ringan tangan, kaya raya, kuasa, diktator, egois, pendiam, bicara dan masih banyak lagi type-type seorang suami yang serba menakutkan dan menyeramkan.
Dengan modal sebagai isteri Mar’atus shilihah, siapa diantara kaum laki-laki yang tidak luluh hatinya, baik yang bertype apapun diantara mereka dengan adanya seorang isteri yang selalu tunduk dan patuh serta menyenangkan setiap dipandang belum lagi jika ditinggal pergi selalu amanah, dapat menjaga dirinya, anaknya dan harta suaminya.
Dari kenyataan tersebut diatas membuktikan kepada kita bahwa Mar’atush shoolihah yang telah diberikan modal oleh Allah swt. dan Rasul-Nya dengan sifat-sifat tersebut tidak harus pesimis menghadapi suami, walaupun dirinya mempunyai banyak kekurangan dalam menghadapi suami yang mempunyai berbagai macam type dan seorang isteri pendamping suami tidak harus :
- berparas cantik
karena kecantikan seorang perempuan akan menjadikan jengkelnya seorang suami, disaat isteri tidak mau tunduk dan patuh kepadanya
- kaya raya
karena kekayaan seorang perempuan bisa jadi sebab isteri memperbudak seorang laki-laki yang akhirnya suami tidak mampu mengendalikan isteri dalam kebaikan
- cerdik cendikia
karena kepandaian seorang perempuan bisa jadi sebab pesimis dan mindernya suami dihadapan manusia yang akhirnya tidak mampu menjalani tugas sebagai suami
- berkuasa/mempunyai status
karena seorang perempuan yang mempunyai kekuasaan menjadi penghalang bagi dirinya untuk tunduk dan patuh kepada suami, apalagi seorang isteri yang mempunyai rasa merendahkan suami
- karier
karena seorang perempuan karier malah justru menjadikan suami takluk dihadapannya dan menjadikan suami tidak lagi menduduki seorang pemimpin malah dipimpin
Dari gambaran tersebut menunjukkan kepada kita bahwa manusia mempunyai banyak kelemahan dalam menghadapi problematika hidup berumah tangga. Karena itu hendaknya suami isteri menempatkan diri dimana posisi yang sebenarnya. Seorang isteri mestinya dipimpin tidak memimpin, begitu pula seorang suami mestinya memimpin tidak dipimpin.
Orang beriman harus yakin bahwa dimana dan kapan saja manusia menjauh dan meninggalkan aturan Allah dan Rasul-Nya disitulah saatnya datang kehancuran yang tidak bisa dielakkan, jika tidak sepontan didunianya jangan tanya akan selamat dihadapan Allah swt. saat bertemu di makhsyar
Kehancuran suatu negara, bangsa, daerah, kampung, tidak ketinggalan rumah tangga muslim maupun non muslim, siapapun yang menjadi pimpinannya akan berantakan dan kacau balau jika tidak menundukkan diri dengan memakai aturan Allah dan Rasul-Nya. Dari sebab itulah, sepantasnya setiap orang beriman menyadari dan memaksakan dirinya untuk mengikuti aturan Allah dan Rasul-Nya. Suami isteri seharusnya bekerja sama untuk mewujudkan aturan Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mewujudkan cita-cita itu semuanya suamilah yang mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Seorang suami mempunyai kewajiban untuk mendidik dan mengajarkan kepada isteri dan anak-anaknya agar mereka benar-benar memahami ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah r
Kalau kita mengingat sejarah siapa diantara kaum muslimin yang tidak mengakui kebaikan para shahabat Rasulullah r, tak seorangpun diantara mereka yang menyangkal kebaikannya bahkan semua muslimin mengakui generasi manusia terbaik adalah generasi para shahabat, dan tidak ada yang menyamai kebaikan mereka
Jika ditanyakan :
kenapa mereka dikatakan sebaik-baik generasi manusia?, karena mereka hidup dibawah naungan wahyu dan mereka mendapatkan contoh suri tauladan yang baik pada diri Rasulullah saw. Jadi dari kenyataan tersebut menunjukkan kepada kita bahwa jika seseorang mampu menjalani Ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw Allah akan memberikan kepada mereka kebaikan hidup didunia dan akhirat.